Orang yang panjang umur ternyata memiliki gen tertentu yang diwariskan. Meski begitu, belum bisa ditentukan secara medis siapa-siapa saja orang yang akan berumur panjang atau tidak.
Usia manusia memang rahasia terbesar Tuhan. Namun, tidak ada salahnya kita sebagai manusia berusaha ”memperpanjangnya” karena Tuhan sendiri masih memberi kesempatan kepada manusia untuk mengubah takdir. Ilmu kedokteran sejak lama telah mengetahui beragam trik dan metode untuk memperlambat penuaan.
Ternyata hal itu karena kebiasaan sehari-hari yang memengaruhi kesehatan. Kebiasaan sarapan pagi dan naik tangga misalnya, tanpa Anda sadari turut berperan memperbaiki kesehatan. Kebiasaan ini terkesan sepele, tapi seiring waktu, manfaat kebiasaan kecil seperti ini akan terkumpul. Jadi, dengan menjaga kebiasaan sehat, Anda bisa memperpanjang angka harapan hidup.
Namun, sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat yang melakukan penelitian terkait silsilah keluarga dan gaya hidup telah menemukan gen yang ”bertanggung jawab” pada umur panjang manusia. Mereka mendapatkan orang yang hidup hingga 100 tahun atau lebih ternyata memiliki kesamaan gen. Akurasi penemuan ini mencapai 77 persen.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam edisi online jurnal ”Science” pada Kamis (1/7), peneliti berusaha memahami bagaimana seseorang bertahan hidup hingga usia tua. Dalam laporannya, sejumlah variasi genetik yang sama ternyata berada dalam diri mereka.
Meski terkait genetik, jangan langsung menghentikan upaya Anda untuk diet dan berolahraga. Bukan berarti hasil penelitian ini bisa menentukan siapa-siapa saja yang bisa panjang umur atau tidak. Karena, menurut Paola T Sebastiani dan Thomas Perls dari Boston University, Amerika Serikat yang masuk dalam tim peneliti, gaya hidup sehat dan faktor lain juga signifikan dalam memengaruhi umur panjang.
Perls menyatakan, kemungkinan hasil penelitian ini bisa mendeteksi siapa saja yang akan lebih rentan terhadap penyakit tertentu. Atau, bisa jadi membantu memberikan panduan proses terapi bagi mereka. Dalam studi ini, peneliti mengamati gen dari 1.055 orang dari ras Kaukasia yang lahir antara 1890 dan 1910, lalu dibandingkan dengan 1.267 orang lainnya yang lahir kemudian.
Dengan mempelajari tanda-tanda genetika, akhirnya para peneliti mampu memprediksi kelompok gen sama yang berasal dari orang yang berusia 100 tahun atau lebih, dengan akurasi hingga 77 persen. ”Sebesar 77 persen akurasi yang sangat tinggi untuk model genetika yang sama,” kata Sebastiani. ”Tapi ada 23 persen tingkat eror yang menunjukkan ada banyak hal yang masih harus ditemukan,” lanjutnya seperti dikutip Associated Press.
Terlepas dari kondisi lingkungan dan sejarah kesehatan seseorang, gen ini terbukti mampu bekerja secara kompleks untuk memberikan usia panjang. Peneliti menamai model unik genetika termasuk 150 variannya dengan sebutan single nucleotide polymorphisms (SNPs).
Dalam penelitian, partisipan dibagi dalam 19 kelompok dengan tanda genetika berbeda yang ditemukan dalam tubuh mereka. Beberapa gen memiliki korelasi dengan bertahan hidup lebih lama, sementara gen yang lain berfungsi menunda timbulnya penyakit yang berkaitan dengan usia seperti demensia.
”Kami menemukan fakta bahwa apa yang memengaruhi panjang umur bukanlah kurangnya kaitan berbagai penyakit, namun keberadaan varian protektif,” tuturnya. Selain itu, 40 persen dari manula yang berusia lebih dari 110 tahun itu memiliki tiga varian genetika tertentu yang sama. Perls mengingatkan bahwa persoalan ini adalah teka-teki genetika yang sangat kompleks.
”Kami masih, sedang, dan terus akan mencari tahu pola apa yang diatur oleh gen baru ini,” katanya. ”Saya melihat kompleksitas teka-teki ini dan merasa bahwa (hasil penelitian) ini tidak akan mengarah pada pengobatan yang akan membuat orang menjadi panjang umur,” katanya.
Tetapi, lanjut dia, penelitian ini dapat membantu dalam mengembangkan strategi dan pelacakan yang akan membantu menemukan perawatan apa yang akan dibutuhkan untuk mencegah ancaman penyakit. Studi yang dimulai sejak 1995 ini memang hanya fokus pada orang dengan ras Kaukasia.
0 komentar:
Posting Komentar