Selasa, 31 Agustus 2010

Kebiasaan Ayah Mempengaruhi Masa Depan Anaknya


Seorang pemuda mengatakan :
Ayah dan ibu sangat mencintai saya karena saya anak semata wayang. Ayah adalah sahabat saya yang paling akrab. Dengan nasihat-nasihatnya yang bermanfaat, beliau selalu mengajarkan jalan hidup yang benar kepada saya. Karena itu, setiapkali saya condong pada suatu perbuatan tak baik, maka pertama kali pertanyaan yang muncul dalam diri saya adalah,
"Apakah ayahmu memotivasimu untuk melakukan perbuatan seperti ini? Apakah kalau dia bersamamu, engkau juga akan melakukan perbuatan itu di hadapannya?"
Saya ingat, saat kecil dulu, beberapa kali terlintas di benak saya keinginan untuk merokok; saya ingin sekali menaruh sebungkus rokok di kantung saya dan menikmatinya beberapa batang. Tiba-tiba, saya ingat akan perbincangan saya dengan ibu mengenai hal ini. Saya berkata padanya, "Andai aku cepat besar dan seumur dengan ayah!"
Ibu bertanya, "Kalau kau seumur dengan ayah, apa yang akan kau lakukan?"
"Kalau seumur ayah, aku akan merokok kapan saja aku mau, seperti ayah."
Siang hari, saat ayah pulang, ibu memberitahukan perbincangan kami kepada ayah, dan ayah pun langsung membakar sebungkus rokoknya. Semenjak itu, saya tak pernah melihat beliau merokok.
Benar, seorang ayah yang memikirkan masa depan anaknya, sudah sepantasnya membuang jauh kebiasaan buruknya. Sebab, para pakar psikologi mengatakan, "Kebiasaan-kebiasaan itu ada yang bersifat menurun, ada pula yang bersifat perolehan. Dan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat perolehan itu jauh lebih banyak ketimbang kebiasaan-kebiasaan yang bersifat turunan"

sumber : buku Kisah Ayah & Ibu oleh Ahmad Mir Khalaf Zadeh & Qasim Mir Khalaf Zadeh
             

0 komentar:

Posting Komentar